How to Face Problem

 Dari game Gardenscapes dan Homescapes aku dapet pelajaran yg mungkin cocokologi tapi tetap tertanam di pikiran aku

1. There are 3 levels at that games, normal, hard and superhard. Tapi ga menutup kemungkinan aku bakalan stuck di level normal dan beat hard/super hard level easily
Kalau aku stuck di normal level, aku meyakinkan diri dengan, "ini bukan hard apalagi superhard, darling"
Kalau stuck di hard/superhard, baru ada 2 mantra yg untuk boost semangat
A. Level dalam game ini diciptakan berdasarkan pemikiran yg matang dan sudah didesain sedemikian rupa untuk misinya apa aja, plotingan barrier maupun misi, lokasi power-up, berapa moves yg dikasih. Jadi, tidak mungkin tidak bisa diselesaikan
B. Beberapa waktu lalu, ketika aku udh desperate bgt doi ngomong gini, "game tuh kaya Tuhan, tidak akan memberikan cobaan di luar kemampuan usernya"
Dari situasi di atas, aku berpikir: yep, setiap kesulitan pasti ada way out. (Bersambung ke nomor sekian)

2. Kata siapa game ini untuk senang senang? Ya, senang kalo berhasil, stres juga gagal terus. Kalau ingat situasi no 1, artinya aku yg ngga efisien. YA, EFISIENSI ITU PENTING!
Selain harus berpikir analistis, kreatif agar pass the level, aku juga harus bertindak efisien agar move yg tersedia cukup untuk menyelesaikan misi.
Sama dalam bekerja, aku harus menjadi pegawai yg memiliki kemampuan analytical thinking, creative plus hard work and efficient sebagai aspek yg ngga boleh ketinggalan.
Hard work? Maksudnya bukan push rank sampe lupa tidur. Bukan. Tapi ngga mudah menyerah
Dalam dunia profesional, pegawai yg dari pagi sampe sore kerjaaaa terus bukan 100 dia hardworking ya. Hardworking person adalah yg ga menyerah ketika ditekan oleh tanggungjawab-dia-sendiri. Dia malah bilang, "Let's rock, baby!" Ga banyak ngeluh, "kerjaan gue banyak banget" boleh ngeluh deh, ketika "kerjaan orang dilipahin ke gue semua" itu different ya. Jd mengeluhlah untuk situasi yg tepat
Waktu pelajaran Bahasa Indonesia materi MC, sering denger kan "untuk mengefektifkan waktu...."
Kalimat itu tidak dibenarkan sama guruku, beliau bilang, waktu dan uang itu menggunakan istilah efisien bukan efektif.
Nah, korelasi efiesien game sama kerja apa?
Di game, ketika aku buang-buang moves untuk menyelesaikan misi (meskipun akhirnya menang). Padahal kalau aku menganalisis harus gmn bisa aja movesnya tersisa banyak atau okelah sisa satu daripada 0.
Dalam dunia kerja, kalau dianalisis hari ini ada kerjaan apa, buat skala prioritas, mungkin kita bisa pulang tepat waktu. Balik ke contoh poin hardwork, orang yg all day long kerja terus perlu dicek juga tuh produktivitasnya, dia produktif (kerjaan besok dia kerjain hari ini karena pekerjaan hari ini udah selesai semua) atau malah ga efisien sama tenaga dan waktu yg dia punya hari itu karena ga menganalisis tingkat kesukaran dan urgensi tiap task yg malah bikin pusing sendiri.
Semua hal perlu planning dan strategy kan? Oke terlalu berlebihan, istilah mudahnya buat skala prioritas biar ga cuma produktif tp juga efisien.

3. Ga menutup kemungkinan ada kesalahan ketika main. Kadang jari kita mau swipe kiri eh mah gesernya ke atas. Bikin mengeluarkan kata kata kasar (sorry, aku kalo main game mulutnya kotor tp  kalau ada orang cuma mendengus, jaim lah ya. Atau tadinya udah bilang as.. lanjutin dengan astagfirullahaladzim. Semuanya balik ke kontrol diri).
Tapi gimana kalo udah terlanjur? Be more creative and adaptable. Be a problem solver.
Saat main game, kalau ada fraud gitu, aku harus yaudah cari next step lain. Balik ke poin 1, gada yg ga bisa diselesaikan. Toh, jika percobaan pertama gagal at least aku udah liat formasi level ini dan pasang strategi mau gimana. Adaptasi sama perubahan dan selalu bergerak untuk mencari jalan keluar. Bukan marah-marah yg ngga buat kita keluar dan maju dari masalah itu. Buang-buang waktu dan tenaga, ga efisien kalau cuma menuhin keinginan kalian untuk meluapkan emosi. Ketika kita survive bahkan menang bukan kah emosi negatif tadi juga tergantikan dengan emosi positif, such as rasa bangga dan senang?
Di real life
Sometimes I messed-up, kesal sendiri. Tapi aku mencoba menyelesaikan itu semua dan memutar otak harus bagaimana? Walaupun ngomong ottoke, ottoke terus sampe agak tenang (bahasa korea yg kedengeran di telinga aku sepert itu, ini sih slang penulisan aja ya)
Situasi yg berubah, entah karena kesalahan orang, diri sendiri atau faktor X menuntut aku untuk berpikir kreatif untuk mencari jalan keluar, jalan alternatif atau cara penyelesaiannya (tergantung sikon ya). Di samping mencari penyelesaian (be a problem solver) aku harus adaptasi dengan tidak menyalah-nyalahkan keadaan terus, apalagi nyalahin orang. Bygones be bygones and start to find the way out.
Kalau udah mentok baru minta bantuan orang. Inget, jangan ngerepotin hidup orang kalau masih bisa dilakukan/diselesaikan sendiri. Minta bantuan/support itu perlu tapi harus tau kapan waktu yg tepat dan kepada siapa. Juga, alangkah lebih baik meminta bantuan setelah do previous step yang aku sebutin di atas.
Good luck!

Komentar

Postingan Populer